Generasi Dot Com

MInggu sore kemaren, di gereja tempat saya beribadah ada pembicara tamu dari Jakarta. Namanya Jesse Lantang, adik dari Billy Lantang. Dua-duanya adalah pengkotbah favorit saya. Dalam anekdot kotbahnya, Pdt. Jessy bercerita tentang generasi dot.com, yakni generasi gadget dan internet.

Jika datang ke restoran, bukan menu yang pertama kali diminta, tapi password wifi. Mau makanannya seenak apa pun jika restoran tersebut tidak dilengkapi free wifi mereka tidak akan segan untuk pindah ke tempat lain yang menu makanannya gak enak, demi wifi!

Mereka pasti tau spot-spot mana yang sinyalnya kuat. Yang internetnya kenceng dan stabil. Jaman generasi saya dulu, saya akan sangat kecewa kalo gak bisa nonton MTV di TV. Tetapi generasi dot.com akan ngamuk-ngamuk gak jelas jika gak ada sinyal atau wifi di rumah rusak.

Dan satu lagi, ini yang paling parah! Generasi dot.com mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Jika mereka janjian ketemu dan berkumpul, masing-masing akan sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Mereka nggak ngobrol dengan teman yang keberadaaannya jelas-jelas di depan mereka, tapi malah ngobrol dengan teman-teman maya di jejaring sosial yang nggak ada wujudnya. Bahkan ini terjadi sama pasangan, saat mereka berdua saja masing-masing sibuk dengan gadgetnya masing-masing… sad!

Image

Saya dan teman-teman se-gank saya “the famous gank jompo” – Saya, Dini, Dian, Ellen, Kenchoz, Ledy- juga seperti itu, dulu. Kami sering ignorant satu sama lain jika sedang berkumpul. Masing-masing sibuk dengan gadgetnya dan persentase ngobrol pun sangat sedikit. Tapi untung salah satu dari kami sadar, dan memberlakukan aturan NO GADGET WAKTU NGUMPUL. (Dian kali ya yang ngasih ide)

Jadi, saat kami kumpul, kami bersepakat untuk menaruh gadget di meja dengan posisi terbalik. Jadi siapa pun tidak akan tahu ada notifikasi gak penting dari whatsap, twitter, fb, path, dll selama kami berkumpul. Pertama sih agak menyiksa, tapi lama-lama kami terbiasa. Bahkan ada aturan  tambahan, siapa pun yang pegang gadget selama kumpul-kumpul akan disuruh bayarin makanan yang sudah dipesan. heheheh

Akibatnya luar biasa, kami punya banyak cerita yang sebelumnya “terlupakan” diceritakan ke gank. Mengingat-ingat kejadian-kejadian yang bego yang pernah terjadi dan mentertawakan bersama. Lalu jika cerita sudah habis, kami beralih ke kegiatan yang lebih berinteraksi satu sama lain.

Dini lagi keranjingan main twister.. akibatnya : tulang belulang kami pada mau copot rasanya. Kadang juga kami memainkan permainan dengan taruhan harga diri; The deathly ABC lima dasar.

Image

Kenapa kami namakan permainan dengan pertaruhan harga diri? Pada awalnya sih biasa saja, permainan ABC neybutin nama kota, nama artis, dsb yg standard. Tapi beberapa waktu yang lalu, permainan ini menjadi permainan yang menegangkan karena yang topiknya adalah bahasa Inggris. Ada satu anggota baru yang ditasbihkan menjadi gank jompo, seorang anak daerah.. Nggak jago-jago amat ilmu bahasa Inggrisnya, tapi vocab bahasa Inggrisnya lumayan banyak karena dia sering ngapalin lagu bahasa Inggris.. ini yang membuatnya jarang kalah dalam permainan ini dan kalau pun kalah bisa dimaklumi karena ilmunya yang terbatas.. hahahah peace ya Choz… . Dan kami, sisanya adalah guru di sekolah internasional dan bankir-bankir yang sering berhubungan dengan bule. Inilah yang jadi dilema… Kalo menang udah wajar soalnya memang background dan lingkungan kami mendukung, tapi kalau kalah? Memalukan… malu pada anak daerah… 

Balik lagi ke generasi dot.com, generasi ini akan kehilangan kemampuan bersosialisasi, degradasi ineterpersonal dan kemampuan komunikasi verbal. Semuanya dilakukan dengan gadget dan melalui internet. Banyak faktor yang hilang jika terus menerus melakukannya.

Pertama, emosi tidak dilibatkan secara langsung. Bisa jadi emoticon tertawa terbahak-bahak ditulis dengan wajah yang datar tanpa ekspresi. Rasa nyaman, dan pelepasan hormon saat tertawa bahagia jarang terjadi. Mereka juga akan menjadi kurang berempati, karena mereka tidak bisa melihat secara nyata apa yang sedang terjadi.

Kedua, mereka akan menjadi pribadi yang ignorant. Seperti yang ada di atas tadi, berapa banyak kita lihat orang-orang berkumpul dan di tempat makan di mall, tapi masing-masing sibuk dengan gadget mereka. Mereka tidak menghiraukan teman nyata yang ada bersama dengan mereka, lalu prioritas mereka berubah. gadget dan ineternet nomer satu, teman-teman peduli setan…

Ketiga, tidak ada komunikasi verbal yang menyebabkan kemampuan berbicara mereka sangat berkurang. Bisa saya bayangkan nanti tidak akan ada pidato, debat atau apa pun yang mengedepankan kemampuan komuniasi verbal di masa datang, hanya akan ada komunikasi pasif melalui postingan mereka di media jejaring sosial.

Jadi, mau kita apakan generasi ini? Ayo kita kembalikan ketergantungan generasi ini pada gadget dan internet pada ketergantungan sosial secara nyata. Perbanyak komunikasi verbal dan aktifitas yang mengedepankan interaksi bersama manusia lain secara langsung. Gunakan emosi, kontak fisik (tatapan mata, sentuhan, pelukan, ciuman, cubitan) agar otak terangsang untuk mengembangkan sisi sosial individunya.

Image

 

 

*photos are taken from the open source in the internet, except the second picture

Published by johanesjonaz

A believer, a part time traveller, a full time dreamer. Traveling - passion - exploring Indonesia - exploring the globe.

6 thoughts on “Generasi Dot Com

Leave a comment